Rumah Sakit Jiwa Grhasia, Profil, Sejarah dan Sarana

5/5 - (13 votes)

Rumah Sakit Jiwa Grhasia – Sebagai fasilitas kesehatan terbaik di Jogja milik Pemerintah Daerah setempat, Rumah Sakit Jiwa Grhasia menjadi pilihan tepat bagi orang-orang yang sedang membutuhkan penyembuhan trauma, kecanduan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya.

Selain dikategorikan sebagai rumah sakit tipe A, RSJ Grhasia juga menjadifasilitas kesehatan khususnya kejiwaan unggulan di Kabupaten Sleman, DIY Yogyakarta. Terlebih kredibilitas RSJ tersebut tidak dapat diragukan, mengingat kiprahnya sudah bermula sebelum Indonesia meraih kemerdekaan.

Bahkan dari era terdahulu Rumah Sakit Jiwa Grhasia menjadi tonggak utama pembinaan program integrasi kejiwaan ke puskesmas-puskesmas di Jogja. Dengan demikian, semua masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang selalu berubah.

Untuk Anda yang tertarik mengetahui latar belakang ataupun sejarah hingga sarana dan prasarana Rumah Sakit Jiwa Grhasia, berikut adalah rangkuman informasi selengkapnya dari Biayasehat.com

Profil Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Profil Rumah Sakit Jiwa Grhasia

dr. Akhmad Akhadi, MPH selaku direktur RSJ Grhasia menetapkan visi strategis yakni “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Napza Paripurna yang Berkualitas dan Beretika”. Adapun misi fasilitas kesehatan jiwa tersebut yakni:

  • Mewujudkan pelayanan kejiwaan maupun Napza Paripurna
  • Mewujudkan RSJ Grhasia sebagai pusat pembelajaran, penelitian serta pengembangan kesehatan jiwa maupun Napza
  • Mewujudkan pelayanan berkualitas dan menjamin keselamatan pasien
  • Mewujudkan pelayanan beretika dan mencerminkan budaya masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta

Rumah Sakit Jiwa Grhasia adalah fasilitas kesehatan yang didirikan dengan tujuan menyelenggarakan pelayanan medis khususnya kejiwaan. Selain menangani pasien
penderita kesehatan jiwa, RSJ Grhasia juga menawarkan pelayanan lain seperti penyakit dalam,kulit, instalasi rawat jalan maupun inap, saraf, dan lain sebagainya.

Di mana, kedudukan dan alamat Rumah Sakit Jiwa Grhasia yang terlampir dalam dokumen fasilitas kesehatan antara lain:

  • Nama Rumah Sakit: Rumah Sakit Jiwa Grhasia
  • Alamat: Jalan Kaliurang Nomor .17 Duwetsari, Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kode Pos 55582
  • Nomor Telepon: 0274 895 1423
  • Fax: 0271 895 142
  • Website: Grhasia.jogjaprov.go.id
  • Klasifikasi: Rumah Sakit Jiwa
  • Kelas RS: Rumah Sakit Jiwa Kelas A
  • Jumlah Tempat Tidur: 184
  • Email Resmi: [email protected]
  • Facebook: Rumah Sakit Jiwa Grhasia
  • Instagram: @grhasia_berjaya
  • Kepemilikan: Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

Sejarah Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Sejarah RS Jiwa Grhasia

Sebelum menggunakan RSJ Grhasia, pada 1938 silam fasilitas kesehatan khususnya kejiwaan ini memiliki identitas KOSJ atau Koloni Orang Sakit Jiwa. Di mana rumah sakit jiwa terbaik di Jogja tersebut sudah melewati tiga masa mencakup proses yang sangat panjang yakni momen perjuangan periode 1938 – 1945, perintisan 1945 sampai 1989 serta pengembangan dari 1989 hingga masa sekarang.

Awal mula berdirinya RSJ Grhasia bermula dari sebuah fasilitas perawatan bernama KOSJ Lali Jiwo. Di mana operasionalnya berada di bawah pengawasan Rumah Sakit Jiwa Pusat Kramat Magelang dengan status milik Kasultanan Ngayokjakarta Hardiningrat.

KOSJ Lali Jiwo sendiri pada masa itu menempati tanah seluas 104.250 meter persegi di mana sekarang menjadi Jalan Kaliurang, Kilometer 17, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada zaman dahulu, wilayah tersebut bisa dikatakan terpencil dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Karakter terpencil inilah yang menjadi ciri khusus Rumah Perawatan orang-orang sakit jiwa bentukan Pemerintah Hinda Belanda. Pada kala itu, tenaga medis di fasilitas kesehatan ini ialah para POS (Penjaga Orang Sakit) di mana berlatar pendidikan sebagai perawat.

Setelah Pemerintah Hindia Belanda memberikan tugas kepada Soedjani sebagai Kepala KOSJ Pakem pada Mei 1938 silam, rumah perawatan orang sakit jiwa ini berhasil merawat 60 pasien.

Setelah kemerdekaan Indonesia 1945 lalu, barulah Pemerintah DIY mengalokasikan biaya operasional hingga sedikit demi sedikit KOSJ Lali Jiwo bangkit kembali. Di mana pembiayaan dari hasil pertanian, perikanan serta peternakan bisa dikelola kembali untuk keperluan KOSJ.

Naasnya, hal itu tidak berlangsung lama sebab pada Desember 1948 terjadi agresi militer Belanda yang bermula di Yogyakarta sehingga keberadaan KOSJ kembali terancam. Lalu, atas perintah dari dr. KRT Martohusodo selaku Inspektur Kesehatan DKR atau Dinas Kesehatan Rakyat Jogja, KOSJ Lali Jiwo menyiapkan tempat perawatan berupa rumah pengungsian jauh dari jalan raya guna menolong korban peperangan.

Berkat kerja sama dengan pamong desa setempat, terwujudlah tempat perawatan darurat di Desa Sempu dan Sumberejo, Kelurahan Pakembinangun. Akan tetapi, saat dirasa lokasinya kurang aman lalu rumah rawat tersebut berpindah kembali ke desa Potrowangsan, Kelurahan Candibinangun.

Selang sehari kemudian, tempat perawatan di pindahkan kembali ke Desa Dawung di Kelurahan Candibinangun hingga militer Belanda ditarik dari Jogja. Hingga sampai September 1949, KOSJ Lali Jiwo menerima pembiayaan kembali dari Pemerintah Provinsi DIY serta mengaktifkan 48 pegawainya.

Sejak kala itu, KOSJ mulai merintis usahanya guna merawat pasien gangguan jiwa serta pasien umum yang berobat jalan. Atas pengabdian Kepala KOSJ Pakem, Soedjani mendapatkan penghargaan berupa gelar sehingga mengubah nama lengkapnya yakni Raden Wedono Soedjani Saronohardjosoentoto (RW Soedjani).

Sejak tahun 60-an hingga 1975, atas bantuan tenaga medis lewat Fakultas Kedokteran UGM, RSJ Lali Jiwo Pakem ditunjuk menjadi pembina program integrasi kesehatan jiwa ke Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas DIY sampai sekarang. Setahun berselang, rumah sakit ini mendapatkan fasilitas kendaraan berupa mobil ambulans dari pemerintah setempat.

Hingga pergantian pimpinan pada 1981 sampai 1987 oleh dr. Prajitno Siswowiyoto Sp. KJ, RSJ Lali Jiwo semakin berkembang dan berpedoman ke 3 usaha pokok atau lebih dikenal Tri Upaya Bina Jiwa yang mengacu pada sistem pelayanan pasien kesehatan jiwa mulai dari Prevensi, Promosi, Kurasi hingga Rehabilitasi.

Lalu pada tahun 1987 sampai 1999, RSJ Lali Jiwo berada di bawah pimpinan dr. Musinggih Djarot Rouyani, Sp. KJ. Di mana, perubahan kelas fasilitas kesehatan dari tipe B menjadi A oleh Pemerintah DIY. Setelahnya, istilah Rumah Sakit Jiwa Lali Jiwo diganti menjadi RSJD atau Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi DIY lewat Perda Nomor 14 tahun 1989.

Puncaknya pada tahun 2000, di bawah pimpinan dr. Boedi Boedaja, A.M, Sp. KJ rumah sakit ini memperoleh akreditasi penuh Tingkat Dasar lewat SK Dirjen Yanmed No YM 0003.2.2.5164 19 Desember 2000. Secara bertahap dibangun arah serta kebijaksanaan sistem pelayanan jiwa dan pembenahan teknis maupun administratif.

Pada Juli sampai September 2003 bersama tim juri yakni GKR Hemas, nama dan logo RS yang baru yakni Rumah Sakit Grhasia Provinsi DIY telah berhasil ditentukan. Keputusan tersebut ditetapkan 30 Oktober 2003 lewat Surat Keputusan Gubernur DIY yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono X Nomor 142 tahun 2003.

Adapun peresmian keputusan itu diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI 20 Desember 2003. Hingga sejak 2012, pergantian RS Grhasia DIY berganti menjadi RS Jiwa Grhasia DIY dan ditetapkan sebagai PPK-BLUD penuh Agustus 2012 silam.

Sarana Prasarana Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Sarana Prasarana Rumah Sakit Jiwa Grhasia

Dalam rangka mendukung pelayanan, Rumah Sakit Jiwa Grhasia didukung oleh pengadaan alat-alat serta tenaga medis sebagai penunjang sarana prasarana agar dapat memberikan pelayanan secara maksimal.

Pengadaannya sendiri dilaksanakan dengan cara memilih supplier sesuai barang yang dibutuhkan. Pengadaan alat-alat yang selalu berubah-ubah setiap waktu sesuai dengan kebutuhan, kondisi supplier di lapangan dengan inovasi terhadap kualitas, sehingga pengambilan keputusan membutuhkan waktu.

Adapun beberapa sarana prasarana penunjang operasional Rumah Sakit Jiwa Grhasia yang merupakan fasilitas kesehatan tipe A adalah:

  • Ruang Administrasi
  • Ruang Rawat Jalan (Tumbuh kembang anak, remaja, jiwa, psikogeriatri, gangguan mental organik, psikometri, ketergantungan obat, konseling, dan spesialisasi lain).
  • Ruang rekam medik
  • UGD (Unit Gawat Darurat)
  • Ruang Rawat Inap 252 tempat tidur
  • Ruang Rawat Inap Forensik
  • Ruang Tindakan
  • Ruang Rehabilitasi Medik
  • Ruang Rehabilitasi Mental dan Sosial
  • Ruang Rawat Jiwa Intensif
  • Ruang Kesehatan Jiwa Masyarakat
  • Ruang Radiologi
  • Ruang Farmasi
  • Ruang Laboratorium
  • Ruang Komite Medik dan SPI
  • Ruang Penyuluhan PKMRS
  • Ruang Pemulasaraan Jenazah
  • Dapur

Selain sarana di atas, Rumah Sakit Jiwa Grhasia juga menyediakan beberapa fasilitas penunjang lain yakni:

  • Ruang Generator Set
  • IPAL
  • Tempat Pembuangan Sampah Sementara
  • Gudang Farmasi
  • Gudang Barang
  • IPSRS
  • Laundry
  • Ruang Pertemuan
  • Ruang Diklat
  • Ruang Perpustakaan
  • Tempat Ibadah

Berdasarkan ketersediaan sarana prasarana di atas, persyaratan teknis RS Tipe A telah dipenuhi oleh Rumah Sakit Jiwa Grhasia. Sebagai fasilitas kesehatan milik Pemda, RSJ Grhasia juga menyediakan unit khusus yakni Instalasi Pemeliharaan Sarana Prasarana.

Baca juga: Biaya RS Jiwa Grhasia Semua Pelayanan 2024

Di mana Instalasi tersebut memiliki tugas pemeliharaan bangunan, gas, listrik, alat-alat elektromedik, tenaga listrik, peralatan medis bermesin maupun kalibrasi, pemeliharaan sanitasi, penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, cairan buangan, sterilisasi ruang pembersihan alat kedokteran hingga Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3.

Kesimpulan

Demikian pembahasan mengenai profil, sejarah, sarana dan prasarana yang disediakan Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Semoga informasi di atas membantu serta bermanfaat bagi Anda dalam menilai fasilitas kesehatan terbaik di Yogyakarta tersebut.

Tinggalkan komentar